Sijenius.Com – Saat ini, bullying adalah istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Bullying ialah tindakan dimana pelakunya menggunakan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik itu secara verbal, fisik, atau mental yang mengakibatkan korban merasa trauma, tertekan, dan juga tidak berdaya. Bicara tentang bullying, sobat mungkin pernah melihat kejadian ini baik itu melihat langsung, mendengar dari orang lain, maupun dari film.
Bullying |
Bullying adalah tindakan yang tidak bisa ditoleransi, dampak yang diakibatkan sangat luas cakupannya. Karena seseorang yang menjadi korban bullying lebih beresiko mengalami berbagai masalah kesehatan baik fisik maupun mental. Nah, pada kesempatan kali ini mari kita bahas lebih luas dan kita kupas tuntas materi ini.
Pengertian Bullying Secara Umum
Seperti sebutannya bullying adalah Istilah yang berasal dari Bahasa Inggris yaitu “bull” yang artinya “banteng yang suka merunduk kesana kemari”. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi kata “bully” berarti “orang yang menggertak” atau “orang yang suka mengganggu yang lemah”. Sedangkan definisi bullying secara terminology menurut Ken Rigby adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat tersebut diperlihatkan kedalam tindakan yang menyebabkan seseorang menderita. Tindakan ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekolompok orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.
Bullying ialah bentuk-bentuk dari perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaan baik itu secara psikologi maupun secara fisik terhadap seseorang atau sekolompok orang yang lebih lemah. Pelaku yang melakukan tindakan bullying ini biasa disebut “bully” bisa seseorang atau sekelompok orang, mereka biasanya mempersepsikan dirinya memiliki kekuasaan (power) untuk melakukan apapun yang mereka sukai terhadap korbannya. Demikian juga dengan korban, mereka mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang lemah, tidak berdaya, dan selalu merasa terancam oleh si pelaku bullying.
Pengertian Bullying Menurut Para Ahli
- Menurut Craig, Pepler, dan Atlas (2000), mereka menyatakan bahwa bullying adalah interaksi antara individu yang melakukan bullying (individu yang dominan) terhadap individu yang lebih lemah (kurang dominan) dengan cara menunjukkan perilaku agresif.
- Menurut Olweus (dalam Krahe, 2005), bullying merupakan perilaku negative seseorang atau lebih kepada korban bullying yang dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu.
- Rigby (dalam Astuti, 2008), bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti, dan hasrat ini diperlihatkan kedalam tindakan yang menyebabkan seseorang menderita.
- Menurut Nusantara (2008), bullying adalah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.
- Menurut Randal (dalam Parson, 2009), perilaku bullying merupakan perilaku agresif yang muncul dari suatu maksud yang disengaja untuk mengakibatkan tekanan kepada orang lain secara fisik dan psikologis.
Peran dalam Bullying
Dalam proses terjadinya bullying, pastinya ada pihak-pihak yang terlibat didalamnya, dan pihak-pihak tersebut dibagi menjadi 4 (empat) yaitu:
1. Bullies (pelaku bullying)
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pelaku bullying adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara fisik dan emosional melukai orang lain secara berulang-ulang. Biasanya seseorang yang diidentifikasi sebagai pelaku bullying kerap menunjukkan fungsi psikososial yang lebih buruk daripada korban bullying itu sendiri. Menurut Stephenson dan Smith ada 3 tipe pelaku bullying, antara lain yaitu:
- Tipe percaya diri, pelaku dengan tipe ini biasanya menunjukkan fisik yang kuat, menikmati agresifitas, merasa aman dan populer.
- Tipe pencemas, pelaku dengan tipe ini biasanya secara akademik lemah, lemah dalam berkonsentrasi, kurang populer, dan kurang merasa aman.
- Dan yang terakhir adalah situasi tertentu dimana pelaku bullying bisa menjadi korban bullying.
Selain itu, banyak dari para pakar yang menarik kesimpulan bahwa karakteristik dari pelaku bullying biasanya adalah agresif, memiliki konsep positif mengenai kekerasan, impulsive, dan memiliki kesulitan dalam berempati.
2. Victim (korban bullying)
Menurut Olweus korban bullying adalah seseorang atau sekelompok orang yang sering menjadi target dari perilaku agresif atau tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatan sedikit pertahanan melawan penyerangnya. Dibandingkan dengan teman-teman sebayanya, korban bullying cenderung menarik diri dari lingkungannya, depresi, cemas, dan takut akan situasi baru yang dia hadapi.
3. Bully Victim
Menurut Andreo bully victim merupakan pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, akan tetapi juga menjadi korban dari perilaku agresif tersebut. Craig (dalam Haynie dkk, 2001) menjelaskan bahwasanya bully victim menunjukkan level agresivitas fisik dan verbal yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lain.
4. Neutral
Seperti namanya pihak neutral adalah pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau bullying. Sobat mungkin pernah melihat baik itu dari film ataupun kehidupan nyata, ketika ada seseorang yang dibully ada banyak orang-orang yang bersikap tidak peduli karena takut jika membantu dirinya akan dijadikan sasaran, acuh tak acuh, merasa kasihan namun tidak memiliki kemampuan untuk menolong, dan lainnya. Banyak hal atau faktor yang mendorong seseorang bersikap netral dalam menanggapi perilaku bullying tersebut seperti contoh diatas.
Ciri-Ciri Bullying
Menurut Rigby (dalam Astuti 2008) bullying yang banyak dilakukan di sekolah umumnya memiliki 3 (tiga) karakteristik yang teritegrasi yaitu:
- Ada perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korbannya.
- Tindakan tersebut dilakukan secara tidak seimbang sehingga korban merasa tertekan.
- Perilaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang.
Astuti (2008) juga mencirikan sekolah pada umumnya yang mudah terdapat kasus bullying yaitu:
- Sekolah yang didalamnya terdapat perilaku diskriminatif baik dilakangan guru atau siswa.
- Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan petugas sekolah.
- Adanya kesenjangan besar antara siswa yang miskin dan kaya.
- Pola kedisiplinan disekolah terlalu kaku dan lemah.
- Terdapat bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
Selain itu, terdapat juga karakteristik yang pada umumnya ditemukan pada pelaku bullying, sehingga seseorang yang belum melakukan bullying, namun memiliki beberapa ciri-ciri berikut:
- Memiliki sifat yang cenderung heperaktif, disruptive, impulsive, dan overactive.
- Mempunyai sifat temperamen yang sulit dan masalah pada atensi atau konsentrasi.
- Biasanya bersikap agresif terhadao orang tua, guru, saudara, dan orang lain.
- Mudah terprovokasi oleh situasi yang mengundang agresi.
- Memiliki pola pikir bahwa agresi adalah sesuatu yang positif.
- Pada anak laki-laki, cenderung memiliki fisik yang lebih kuat daripada teman sebayanya.
- Sedangkan pada anak perempuan, cenderung mempunyai fisik yang lebih lemah daripada teman sebayanya.
- Berteman dengan anak-anak yang cenderung agresif.
- Kurang berempati terhadap korbannya dan tidak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya.
- Umumnya adalah anak yang paling insecure (keraguan), tidak disukai oleh kawan-kawannya, dan yang paling buruk presetasinya disekolah.
- Cenderung sulit untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan dalam hidup.
Jenis-Jenis Bullying
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Coloroso (2007), membagi bullying menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bullying Fisik
Diantara bentuk-bentuk bullying lainnya, bullying fisik adalah jenis bullying yang paling tampak dan paling mudah untuk dapat diidentifikasi. Namun, bullying secara fisik terhitung sangatlah kurang dari sepertiga insiden yang dilaporkan oleh siswa. Jenis bullying secara fisik diantaranya adalah, memukul, meninju, menyikut, mencakar, menendang, mencekik, menggigit, meludahi, merusak serta menghancurkan pakaian dan barang-barang miliki anak yang dibully. Semakin kuat dan semakin dewasa si pelaku maka semakin berbahaya jenis serangan yang di tunjukkannya, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencerderai secara serius.
2. Bullying Verbal
Bullying verbal adalah bentuk bullying yang paling umum digunakan, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Penindasan secara verbal sangat mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Bullying ini bahkan dapat dilakukan hanya dengan meneriakkan sesuatu kepada si korban ditaman, walaupun terdengar oleh guru namun hal itu akan diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh.
Jenis bullying secara verbal dapat berupa celaan, julukan nama, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan penyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Bukan hanya itu, bullying jenis ini juga dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, e-mail atau pesan yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, dan juga gosip.
3. Bullying Relasional
Bullying jenis ini adalah yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying relasional adalah pelemahan harga diri korban bullying secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, penghindaran, dan penyingkiran, dari semua tindakan tersebut penyingkiran merupakan alat penindasan yang terkuat. Anak yang dibully mungkin tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya.
Penindasan secara relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditunjukkan untuk merusak pertemanan. Tindakan ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
4. Cyber Bullying
Cyber bullying adalah bentuk bullying yang terbaru, karena semakin berkembangnya teknologi, internet, dan media sosial. Intinya disini korban akan terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet, dan media sosial lainnya. Bentuk dari cyber bullying dapat berupa:
- Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar.
- Meninggalkan pesan suara (voicemail) yang kejam untuk korban.
- Melakukan silent calls atau menelpon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa.
- Membuat website yang memalukan bagi si korban.
- Korban dijauhi atau dihindarkan dari chat room dan lainnya.
- Happy slapping yaitu video yang berisi si korban dipermalukan atau di bully lalu disebarluaskan.
Penyebab Terjadinya Bullying
Menurut Ariesto (2009), ada beberapa faktor yang menyembabkan terjadinya bullying antara lain:
1. Keluarga
Kelurga adalah pihak yang paling dekat dengan pelaku bullying, dan sering kali pelaku bullying berasal dari keluarga yang bermasalah. Orang tua yangs sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh dengan stres, agresi, dan permusuhan. Keluarga juga merupakan tempat dimana anak-anak belajar, dan tentunya anak-anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mereka mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, sehingga mereka mempraktekkan hal tersebut terhadap kawan-kawannya. Jika hal tersebut tidak ditindak lanjuti dengan kosekuensi yang tegas, maka mereka akan mempersepsikan bahwa dengan kekuatan mereka dapat meningkatkan status dan kekuasan. Dari hal tersebut anak-anak mengembangkan perilaku bullying.
2. Sekolah
Sekolah adalah tempat dimana bullying sering terjadi, dan pihak sekolah sangat sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak-anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dikarenakan lingkungan sekolong seing memberikan masukan negative pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak mendidik atau membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesame di sekolah.
3. Kelompok Sebaya
Ketika anak-anak berinteraksi di lingkungan sekolah dan teman-teman yang ada di sekitar rumah, kadang kala hal tersebut mendorong mereka untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying sebagai usaha agar mereka dapat membuktikan bahwa mereka bisa masuk kedalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri tidak merasa nyaman dengan perilaku tersebut.
4. Kondisi Lingkungan Sosial
Sebab lain timbulnya perilaku bullying adalah lingkungan sosial. Kemiskinan adalah salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan tindakan bullying. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.
5. Tayangan Televisi dan Media Cetak
Televisi dan media cetak adalah salah satu faktor pembentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan kompas, memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonkannya, pada umumnya 64% dari mereka meniru gerakannya dan 43% meniru kata-katanya.
Dampak Bullying
Tindakan bullying memiliki dampak yang sangat besar sekaligus mengancam pihak-pihak yang terlibat, baik itu pihak yang dibully, pihah yang membully, dan pihak yang menyaksikan bullying, bahkan sekolah dengan isu bullying secara keseluruhan. Bullying dapat memberikan pengaruh buruk bagi kondisi kesehatan fisik dan mental anak-anak. Pada kasus berat, bullying dapat memicu tindakan yang fatal, seperti halnya bunuh diri, dan sebagainya. Berikut ini adalah dampak-dampak yang diperoleh dari bullying:
1. Dampak Bagi Korban
- Korban akan merasakan depresi dan marah
- Akibat dari rendahnya tingkat kehadiran di sekolah mengakibatkan prestasi akademik menurun.
- Berdampak bagi skor tes kecerdasan (IQ) menurun dan kemampuan analisis.
2. Dampak Bagi Pelaku
Akibat dari perilaku bullying, pelaku mendapatkan rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang yang berwatak keras, sangat mudah marah dan impulsive, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Selain itu, pelaku bullying juga memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap korbannya. Dengan melakukan tindakan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Bila hal ini dibiarkan terus-menerus tanpa adanya intervensi (penanganan), perilaku bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.
3. Dampak Bagi Anak yang Menyaksikan
Jika tindakan bullying ini dibiarkan terus berlanjut tanpa adanya tindakan tindak lanjut, maka anak-anak lain yang menyaksikan hal tersebut akan berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini, kemungkinan besar beberapa anak akan mengikuti si pelaku bullying karena mereka takut akan menjadi sasaran berikutnya dan beberapa anak lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa memperdulikan apapun dan yang lebih parah mereka akan merasa tidak perlu untuk menghentikannya.
Cara Mengatasi Bullying
Tindakan bullying tentunya tidak boleh dibiarkan begitu saja, upaya yang harus dilakukan yaitu dengan melakukan program pencegahan, berikut ini adalah beberapa pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pencegahan Melalui Anak
- Pencegahan melalui anak dilakukan dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar:
- Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying.
- Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya.
- Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying terjadi mendamaikan atau melerai, mendukung teman dengan mengembalikan kepercayaan dirinya, melaporkan kepada pihak sekolah, orang tuan, dan tokoh masyarakat.
2. Pencegahan Melalui Keluarga
Pencegahan melalui keluarga dilakukan dengan meningkatkan ketahan keluarga dan memperkuat pola asuh, antara lain:
- Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antarsesama.
- Memberikan lingkungan yang penuh kasih saying sejak dini dengan memperlihatkan cara berinterkasi antar anggota keluarga.
- Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian dan ketegasan anak serta mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialisasi.
- Mengajarkan etika terhadap sesame menumbukan kepedulian atau sikap menghargai, dan berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan.
- Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televise, internet, dan media elektronik lainnya.
3. Pencegahan Melalui Sekolah
- Merancang program pencegahan yang berisikan pemberitahuan kepada siswa bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat kebijakan “anti bullying”.
- Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid.
- Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah.
- Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan kondusif.
- Menyediakan bantuan kepada siswa yang menjadi korban bully.
- Melakukan pertemuan berkala dengan orang tua atau komite sekolah.
4. Pencegahan Melalui Masyarakat
Pencegahan melalui masyarakat dapat dilakukan dengan membangun kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa/kampung (PATBM: Perlindungan Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat).
Daftar Pustaka
- Ariesto, A. (2009). Pelaksanaan Program Antibullying Teacher Empowerment. Retrieved Juni 12, 2017, from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123656-SK%20006%2009%20Ari%20p%20%20Pelaksanaan%20program-Literatur.pdf
- Carroll, A., Houghton, S., Durkin, K., & Hattie, J. A. (2009). Adolescent Reputations and Risk. New York: Springer.
- Coloroso, B. (2007). The Bully, The Bullied, and The Bystander. New York: HarperCollins.
- TimSejiwa. (2008). Bullying: Panduan bagi Orang Tua dan Guru Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta: Grasindo.
- Zakiyah, E. Z., Humaedi, S., Santoso, M. B. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian & PPM, 2(4), 129-389.
Demikianlah informasi singkat mengenai materi bullying. Semoga artikel diatas dapat membantu sobat dalam memahami dan mempelajari apa itu bullying dan bagaimana cara mengatasinya. Ingat “stop bullying”, mari kita jadi penggerak agar tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban dari tindakan bullying. Cukup sekian semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.